Itulah kata yang sangat popular untuk manusia pada saat menerima wahyu dari Tuhan tentang alam semesta dan hidup manusia, agar manusia mengetahui segala alam dan seisinya yang telah diciptakan Tuhan sebagai sang Pencipta tunggal supaya dapat dimanfaatkan oleh manusia secara optimal sebatas kemampuan manusia itu sendiri.
Sejak manusia masuk sekolah taman kanak-kanak manusia telah diajarkan mengenal dan memanfaatkan huruf dan angka yang berguna untuk mengisi pengetahuan dalam menjalani kehidupannya di alam semesta ini, sehingga sejak saat itu sudah tidak bisa lepas dari pengetahuan “baca dan tulis”, sudah merupakan salah satu factor yang sangat penting dan tidak bisa lepas dalam menunjang kehidupannya.
Menilik dari kata “Baca…Bacalah….” Banyak orang menafsirkan berbagai ragam bentuk dan penafsiran apa yang dimaksud Tuhan dengan kata awal “bacalah”, dan setiap orang boleh saja menafsirkan apa saja semampu pengetahuan yang dimilikinya, sah-sah saja asal tidak menyinggung suatu kelompok atau golongan yang mendapatkan wahyu Tuhan tersebut.
Banyak orang menafsirkan kata tersebut adalah manusia mempunyai kelebihan yang diberikan oleh Tuhan dengan akal pikirannya, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya, maka ada suatu signal atau tanda dari Tuhan yang mengharuskan manusia untuk bisa menggunakan akal pikirannya untuk kehidupan di alam dunia nyata ini, sehingga alam dunia dengan akal pikiran manusia menjadi berkembang dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Dan memang itu suatu bukti nyata bahwa perkembangan duniawi manusia dari jaman ke jaman semakin maju berkembang, bahkan sudah bisa mulai menjelajah ruang angkasa walaupun masih terbatas, tetapi manusia yakin dengan akal pikirannya, manusia nantinya pasti akan bisa menjelajah ruang angkasa di kemudian hari. Itulah hebatnya akal pikiran manusia yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Disisi lainnya, menganggap bahwa perintah “membaca” bagi manusia dapat juga ditafsirkan tidak sama dengan penafsiran sebelumnya.
Alam semesta memang disediakan oleh Tuhan untuk kebutuhan hidup makhluknya, semua sudah tersedia, tergantung bagaimana manusia menyikapi hidup di alam semesta ini, hal ini sudah tertulis dalam kitab-kitab suci, bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Maha segala-galanya, maka dapat disimpulkan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan sebagai sarana kehidupan manusia, tergantung manusia itu sendiri, bila manusia peka dengan alam semesta, maka manusia akan dapat memanfaatkan alam semesta bagi kesejahteraan hidupnya di alam dunia ini.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai jendela jiwa, yaitu jendela untuk mengisi hatinya dengan segala kebesaran Tuhannya, jendela itu bisa melalui mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan rasa untuk merasakan, tetapi dalam perjalanan hidup manusia, jendela jiwa hanya dimanfaatkan dengan memperbesar ego diri yang negative, ego ingin lebih dari yang lainnya, tidak sampai masuk dalam hati yang paling dalam, yang dapat mencerminkan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia, maka tejadilah segala bentuk manusia yang bermacam-macam sifat.
Bila manusia dapat mengembangkan jiwa melalui hati yang paling dalam, maka manusia menjadi peka dengan alam semesta dan Tuhannya, bahkan manusia akan selalu memperoleh petunjuk dan kebaikan dalam kehidupannya, kebaikan yang berasal dari yang memiliki hidup ini, karena manusia bila sering mengembangkan pengetahuan hatinya pengetahuan jiwanya akan peka dengan alam semesta ini. Mengembangkan kecerdasan hati dapat melalui melatih kepekaan tentang rasa, belajar pelatiahn energy RSQ dan lain sebagainya.
Pengetahuan yang diperoleh akal pikiran manusia sangat penting tetapi pengetahuan hati dengan sifat-sifat Tuhan jauh lebih penting, dan bila kedua hal ini dipadukan dengan baik, maka manusia akan mendapatkan apa yang dinamakan dengan kecerdasan utuh, Bila kecerdasan hati selalu digunakan dalam kehidupan, maka akan peka dalam bimbingan dan petunjuk NYA dalam bentuk yang bermacam-macam, tergantung dari manusia itu sendir tentang Tuhannya, dan bila hal ini digunakan dalam pengolahan akal pikiran dan tindakan yang selalu positif, dalam kehidupan akan selalu mendapatkan berkahNYA.
Semuanya kembali kepada manusia itu sendiri bagaimana menyikapi dan berbuat dalam tindakannya, tergantung kepada bagaimana dan seberapa besar manusia mengetahui dan memahami tentang Tuhan serta keyakinan kepada Tuhannya.
Salam “Cerdas Hati dengan RSQ”
0 komentar:
Posting Komentar