Rejeki itu seperti aliran sungai yang mengalir dari sumber atau hulunya kemudian mengalir melalui sungainya itu sendiri dan bermuara di laut yang luas, bila dilihat dari besarnya aliran, di huu sungai sangat kecil dan di hilirnya bisa berkali-kali lipat besar air yang mengaliri sungai tersebut, darimana asal airnya ? Tentunya dari banyak sumber yang melalui sungai tersebut, tidak hanya dihulunya saja tetapi bisa sepanjang aliran sungai itulah sumber airnya.
Bila dilogikakan, rejeki itu semacam aliran sungai tersebut, sedikit demi sedikit semakin panjang sungai semakin banyak sumber air yang mengisi air dalam sungai tersebut, lama-lama semakin banyak air dan besar sungainya, demikian juga rejeki manusia. Rejeki akan mengalir dalam diri manusia dan akan terus mengalir sepanjang hidup manusia, sekarang tergantung apakah kita bisa menyikapi kondisi tersebut?
Rejeki dalam manusia sudah merupakan takdir dari yang maha Kuasa, berarti manusia wadah atau tempat rejeki dalam dirinya juga sudah ada ukurannya, sehingga terjadilah pengkerdilan arti hidup dalam kelimpahan rejeki padahal Tuhan sudah bersabda bahwa Tuhan tidak akan merubah suatu kaum bila kaum itu sendiri tidak berusaha merubahnya. Dua konsep ini bila dapat dicerna rejeki sebenarnya seperti air sungai dalam diri kita yang mengalir dari hulu ke hilir hingga ke laut.
Tuhan tidak pernah membatasi manusia untuk dapat merubah nasibnya selama manusia itu mampu merubahnya, ini diibaratkan wadah rejeki manusia bisa dirubah selama manusia mempunyai keinginan dari dirinya sendiri, bagaimana caranya? Ibarat sungai yang mengalir kita mampu memanfaatkan sungai dengan berbagai keperluan, tidak hanya untuk mandi, cuci, menjadi air minum saja, tetapi kita bisa memperbesar tampungan air berupa bendungan yang bisa mengairi sawah, membuat listrik dan lain sebagainya.
Buatlah bendungan rejeki sebesar-besarnya semampumu dalam diri dan bia sudah cukup besar manfaatkan rejekimu untuk membantu sesama untuk berbagi dengan manusia lainnya, itu merupakan anugerah kenikmatan yang tiada tara, nikmat yang sebenarnya nikmat.
Bersambung……
Salam “Cerdas Hati dengan RSQ”
0 komentar:
Posting Komentar