Fenomena Dominasi akal pikiran manusia
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung atau menyindir, tetapi hanya sekedar memberikan gambaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat menjadi suatu renungan yang dalam untuk membuat kehidupan dunia ini menjadi lebih baik
Mohon maaf yang sebesar-besarnya sebelumnya, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan, menggurui apalagi untuk mencari kesalahan atau pembenaran, hanya sekedar memberikan sedikit renungan untuk masa depan, untuk kepentingan generasi mendatang agar tidak sewenang-wenang atau terbuai dengan akal pikiran sendiri demi sesuap materi.
Dulu semasa kecil bila kita berada di desa atau kampung orang tua, kakek nenek selalu melihat benih tanaman (padi misalnya) hasil panen yang disisihkan sedikit dimaksudkan untuk menanam pada musim berikutnya bila sudah masa musim tanam pada bulan-bulan berikutnya.
Dulu musim tanam sudah bisa diprediksi dengan mudah karena alam sudah memberikan petunjuk langsung kepada manusia untuk memulai musim tanam, karena manusia sudah biasa waktunya atau dengan petunjuk buku-buku kuno yang memberikan gambaran tentang musim tanam. Dulu penanaman padi misalnya, tidak perlu pupuk yang bermacam-macam sudah pasti menghasilkan tanaman yang diupayakan, walaupun tidak banyak, tetapi cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin berubahnya jaman, bertambahnya penduduk, sempitnya tempat tempat tinggal, dan segala kebutuhan yang meningkat dan segala macam alasan lainnya, maka otomatis manusia dipacu untuk menggunakan akalnya agar bisa bertahan hidup di dunia ini.
Sayangnya akal manusia digunakan tidak pada tempatnya, maksudnya berbuat baik kepada sesame, tetapi dibalik akal pikiran tadi terdapat maksud yang tidak baik, yang bertujuan hanya untuk kepentingan duniawi, yaitu sesuap materi, terkesan membrikan pertolongan tetapi dibaliknya atau tanpa sengaja memperbudak manusia lainnya.
Dengan ilmu yang dimiliki manusia dan penelitian yang canggih, maka manusia sudah bisa membuat benih yang tahan penyakit, pupuk kimia yang dapat memberantas segala macam penyakit tanaman, mempersingkat waktu tanam, dan masih banyak keunggulan-keunggulan lainnya, maka hasil panen manusia sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari bahkan lebih dari sebelumnya.
Dengan kecanggihan manusia yang ada mulai timbul masalah dengan susahnya tanaman hidup dari hasil tanam sebelumnya, maka mulailah akal pikiran manusia melakukan penelitian terus menerus untuk mencari penyebab dan mengatasi masalah.
Akal pikiran manusia memang canggih, karena memang akal pikiran manusia diberikan Tuhan kepada umatnya untuk mengatasi kesulitan hidup di dunia dan mencari jalan untuk kembali kepada sang Pencipta dengan penuh kebaikan dalam kehidupan dunia.
Tanpa disadari manusia sendiri atau karena kepentingan duniawi yang hanya sesaat, maka terjadilah kondisi dimana manusia membuat benih yang tidak bisa ditanam kembali, petani harus membeli bila ingin menanam, harus menggunakan pupuk kimia, dan membuat segala macam keterikatan dengan yang mempunyai akal pikiran berlebih atau pemodal yang membiayai penelitian tersebut. Terjadilah ketergantungan manusia satu dengan lainnya hingga saat ini.
Selain itu mulai banyak tanah-tanah yang dulunya subur dan mudah ditanami tanaman apa saja, sekarang mulai banyak yang tidak mudah untuk ditanam kembali karena pupuk kimia yang dibuat manusia dengan akal pikirannya, dan ternyata alam pun memberikan reaksi dengan perbuatan manusia, maka saat ini sudah mulai manusia menggunakan pupuk organic yang berasal dari alam sendiri untuk penanaman.
Selain itu banyak bermacam-macam penyakit tanaman yang berkembang dan kebal dengan berbagai obat tanaman yang dibuat manusia, selain penyakit tanaman juga berkembang penyakit yang dialami oleh manusia itu sendiri, bahkan masih banyak penyakit yang belum diketahui cara menanggulanginya.
Kondisi seperti ini yang seperti tidak pernah habis-habisnya terus berkembang, dan manusia terus semakin berupaya menggunakan akalnya agar bisa bertahan hidup di dunia, yang lama kelamaan dan sedikit demi sedikit manusia mulai melupakan peran sang Pencipta dalam memelihara alam semesta ini dengan mengistimewakan akal pikirannya sendiri dalam hidup di dunia ini.
Bila tidak keberatan, sisihkan waktu sedikit untuk merenungkan hal ini………. Dimana salah dan benarnya manusia?
Bila manusia terus menerus memanjakan akal pikirannya, apa yang terjadi? Manusia sangat tergantung kepada manusia lainnya, sama seperti jaman dahulu, terjadi perbudakan secara halus dengan menggunakan alam sebagai medianya, betapa mirisnya. Saat ini saja manusia sudah tidak mempunyai tanah sendiri untuk dikelola sebagai memenuhi kebutuhan hidup, apalagi nanti 10, 20, 30 tahun lagi akan menjadi kondisi anak cucu yang mengalaminya.
Mumpung belum terlanjur kebablasan perbuatan akal pikiran yang tidak bertanggung jawab, mari kita mulai kegiatan untuk mencintai alam, bersahabat dengan alam, dan menjadikan alam sebagai tempat yang nyaman agar alam membalas kebaikan kita dengan kenyamanan hidup.
0 komentar:
Posting Komentar