Banyak orang menyatakan bahwa hidup itu merupakan pilihan, pilih kaya apa miskin, pilih senang apa susah, terserah mau pilih apa dalam hidup ini, jadi apa benar hidup itu pilihan? Kalau kita ingin kaya terus kita berusaha sekuat tenaga apapun dilakukan untuk bisa menjadi kaya, tetapi dapatnya miskin, apa itu ada yang salah? Padahal itu bukan pilihan kita, sama juga dengan pilihan yang lain bila kita harus menjadi pemilih, bila pilihan kita tidak menjadi kenyataan apa yang akan terjadi pada diri kita? Menghibur diri?
Kenyataan yang terjadi dalam hidup kita saja tidak bisa memilih, bila bisa memilih enak sekali, Tuhan jadikan saya anak orang kaya, jadikan saya anak jendral, atau jadikan saya anak soleh dan lain sebagainya, supaya saya bisa hidup nyaman dan tentram, tetapi pada kenyataannya kita tidak bisa memilih, semua adalah kehendak Tuhan, apapun kehidupan yang kita dapat semua sudah digariskan Tuhan, jadi sebenarnya dari hal ini saja kita tidak punya kuasa untuk memilih, hanya Tuhan yang punya kuasa untuk memilih.
Pilihan hidup adalah sebenarnya pekerjaan akal pikiran manusia, disinilah tanpa disadari manusia akal pikiran sudah mempermainkan kehidupan manusia, apalagi telah ditumpangi oleh ego diri akal pikiran semakin menjadi-jadi mempermainkan kehidupan manusia, pasti akal pikiran sudah membanding-bandingkan dengan orang lain; enak lho…. Jadi orang kaya, lihat itu temanmu kaya raya…. Semuanya sudah tersedia, apa kamu nggak ingin jadi kaya seperti dia…..? Nah bila ego kita sudah mulai ikut campur apalagi ego negative, maka untuk berjuang menuju kaya dapat dengan menghalalkan segala cara.
Akal pikiran manusia sudah bercokol kuat dalam diri manusia sejak manusia mempelajari ilmu pengetahuan di sekolah, mulai umur 5 – 6 tahun manusia sudah dikenalkan kecerdasan yang sifatnya kecerdasan buatan. Seringnya manusia mengasah sampai bertahun-tahun akal pikirannya, membuat alam bawah sadar manusia menjadi terbiasa dan menjadikan manusia sangat tergantung dengan akal pikiran dan logikanya.
Kecerdasan alami yaitu kecerdasan yang memang berasal dari Tuhan dan merupakan kecerdasan hati sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena tidak masuk akal pikiran dan logika, pernahkah anda merasa bahwa anda mengalami sesuatu hal misalnya; anda sudah merencanakan sesuatu dengan sangat baik dan pasti berhasil, pada kenyataannya gagal? Anda pasti merasa pasrah…. itu sudah kehendak Tuhan, suara dalam hati seperti itu, tapi akal pikiran akan mempengaruhi karena rasa ego diri dan hal ini menyebabkan ketidak puasan yang ujungnya pada rasa frustasi dan lain sebagainya.
Pernahkah anda mengalami atau mendengar tentang hal ini; Rencana ini dijamin 99,99 % pasti berhasil dan 0,01 % milik Tuhan…., apakah pernyataan umum seperti ini pantas? Secara akal pikiran yang besarnya 99,99 % jauh lebih besar dan lebih kuat, tetapi kenapa bila mengalami kegagalan, yang nilainya 0,01 % lebih perkasa, apa hal ini tidak terbolak balik? Tetapi tetap saja akal pikiran kita masih bisa mengakali kita.
Hidup ini sebenarnya kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi besok, lusa, minggu depan atau bahkan 1 menit di depan kita, kenapa kita masih mau dimanipulasi oleh akal pikiran kita untuk dapat membuat pilihan dalam hidup, garis hidup kita saja tidak tahu kok malah minta memilih dalam kehidupan ini, itu karena akal pikiran manusia sangat dominan dalam kehidupannya, mengatur seolah-olah mengetahui masa yang akan datang.
Pasti ada pertanyaan; apakah kita hidup ini pasrah saja, nggak kerja apa-apa, ngapain susah-susah kalau memang hidup ini sudah digariskan? Ini lebih konyol lagi…. Kita hidup ini karena kemurahan Tuhan, KehendakNYA, KuasaNYA, dan seharusnya kembali kepada Tuhan sebagai sang Pencipta, dan itu sudah seharusnya, mengapa harus mencari selain Tuhan?
Bila demikian dalam kehidupan ini, seharusnya kita mencari dan mendapatkan Tuhan agar mendapatkan jalan mudah kembali kepada Tuhan, mungkin akal pikiran akan bertanya, dimana ada Tuhan? Tuhan ada di mana-mana, kalau memang kita tidak bisa menemukan Tuhan kenapa kita tidak mencari pada sifat-sifat Tuhan saja yang tersebar di alam ini, minimal sifat kebaikan yang sudah jelas ada, maka dengan melakukan perbuatan baik dan positif, maka tuhan pasti akan bersama kita.
Kehidupan mendatang kita tidak tahu, kita tidak bisa memilih, seandainya boleh memilih, pasti akan enak dan nyaman dalam hidup ini, itulah kita dipermainkan akal pikiran bila kita menjadikan dia sebagai ujung tombak dalam kehidupan, biarlah Than mengatur kehidupan kita, jadikan akal pikiran kita sebagai pendukung, sebagai perangkat dalam kehidupan ini, agar kebaikan yang kita peroleh dengan berkah Tuhan akan selalu meliputi di setiap kehidupan kita.
Karena ketidak tahuan dalam kehidupan mendatang, perlu disikapi dengan “belajar”, sama dengan sewaktu sekolah, untuk bisa tahu pelajaran kelas berikutnya, kita harus belajar pada kelas sebelumnya, demikian seterusnya dengan menapaki “pembelajaran”, sama juga dengan kehidupan, karena kita tidak tahu kehidupan mendatang kita, kita harus belajar… belajar….. dan belajar, dan pelajaran yang paling mudah adalah belajar kebaikan dan kepositifan hidup.
Belajar kehidupan tentang kebaikan dan kepositfan, sama dengan kita mempelajari salah satu sifat Tuhan, bila sudah mahir maka otomatis kita menggetarkan frekuensi diri untuk selalu dekat denganNYA, akhirnya menjadi peka dalam menangkap makna kehidupan, intuisi sangat tajam atau mudah menangkap maksud Tuhan pada diri kita, maka akal pikiran kita gunakan untuk mengeksekusi kehidupan kita, dan itu pasti yang terbaik bila memang Tuhan selalu memberikan petunjukNYA dalam kehidupan ini, itu adalah salah satu cara mencerdaskan hati kita.
Sekarang terserah anda, apakah hidup ini kita isi dengan “PILIHAN” atau “BELAJAR”…..?
Salam "CERDAS HATI DENGAN RSQ”
0 komentar:
Posting Komentar