Sering terjadinya tawuran antar remaja di kota-kota besar sudah menjadi tren bagi anak muda, bahkan kejadian tawuran ini sudah merembet ke antar warga dari kampung ke kampung, maka sibuklah yang tidak terlibat atau pamong-pamongnya untuk segera mendamaikan, bahkan sampai kepada pemuka agama harus turun mendamaikan masalah tersebut.
Setelah ditelusuri bibit tawuran banyak yang disebabkan oleh hal yang sangat sepele, sangat tidak masuk logika kalau ditelusuri, bagaimana bisa terjadi dan dapat menggerakkan masa yang demikian banyaknya, bahkan akibat tawuran ini sampai ada yang menjadi korban yang sia-sia, orang-orang yang tidak tahu dengan jelas permasalahannya malah menjadi korban.
Sudah banyak nasehat-nasehat dan pendekatan-pendekatan lain yang diberikan kepada yang terlibat tawuran tetapi tetap saja terjadi pada waktu yang lain dan sering terjadi hanya masalah kasus yang sama, sangat mengkawatirkan bagi generasi berikutnya yang bila hal ini menjadi tabiat buruk yang terus menerus akan mewariskan tabiat ini pada generasi berikutnya. Dan ini telah terjadi pada sekolah-sekolah yang memang sudah sering melakukan tawuran.
Apa ada yang salah dalam di negara kita?
Dalam pendidikan di sekolah sering anak-anak diadu dalam kepintaran dengan memberikan nilai sangat baik kepada seseorang yang mempunyai prestasi di bidang pengetahuan, yang memang ditujukan agar menjadi semangat dan dorongan bagi anak lainnya untuk bisa berprestasi, tetapi apa boleh buat yang juara tetap satu atau sampai sepuluh yang dianggap mempunyai ranking, sedangkan anak yang lainnya tidak mendapat penghargaan karena memang sekolah tersebut mempunyai murid lebih dari seratus orang, seandainya semua anak yang ada dalam sekolah tersebut pintar semua yang jadi juara juga Cuma maksimal 10 orang saja mendapatkan penghargaan. Bagi orang tua dan guru akan menjadi kebanggaan dalam sekolahnya tetapi bagi anak didik akan menjadi ketidak puasan, sudah berjuang dengan nilai bagus masih belum bisa juara, yang merupakan kebanggaan anak kalau bisa memberikan yang terbaik pada orang tuanya. Inilah mungkin yang sering diabaikan oleh orang tua dan guru dan terutama pendidikan sekolah yang menggunakan model juara-juara dalam memotivasi anak didiknya.
Dalam kehidupan sering terjadi kondisi yang sebaliknya, banyak anak-anak pada masa sekolahnya pandai tetapi setelah menjalani kehidupan tidak mendapatkan apa yang dia impikan, atau bahkan banyak anak-anak yang tidak sekolah dengan benar mendapatkan kemapanan dalam hal materi, kedamaian atau kenyamanan dalam bentuk lainnya, dan masih banyak lagi.
Banyak orang tua yang berpendapat; “sekolah yang benar dan bagus, supaya kamu enak dan mudah mencari pekerjaan dan enak dalam hidupmu nanti” Ini adalah nasehat yang selalu diberikan kepada anak-anaknya agar semangat sekolah tidak menjadi kendur.
Manusia pada dasarnya diberikan kemampuan oleh Tuhan tidak ada yang sama, satu sama lainnya berbeda sehingga pengaruh dalam kehidupan pasti akan mempunyai warna yang dinamis, walaupun anak itu dalam kandungan ibu yang sama, tetap tidak ada yang sama, semuanya berbeda, itulah kuasa Tuhan, sehingga dalam mendidik anak juga tidak dapat disamakan sehingga diperlukan kebijaksanaan dalam mendidik anak-anaknya.
Ada anak yang pintar dalam ilmu pengetahuan, ada yang sedang-sedang saja bahkan ada anak yang kurang bisa menguasai ilmu pengetahuan, disinilah sebagai orang tua atau pendidik harus jeli melihat kemampuan anak didiknya, harus bisa mengarahkan pola pendidikan yang benar agar dapat membuat anak memperoleh tempat untuk mengasah kemampuannya.
Disisi pandangan anak berbeda lagi, tujuannya agar orang tua bangga mempunyai anak seperti dia, selalu ingin menunjukkan jati dirinya, ingin diakui dalam masyarakat bahwa dia mempunyai kemampuan lain dari anak yang lainnya, pada dasarnya anak ingin diperhatikan dan diberikan penghargaan oleh orang lain, itulah masa anak-anak dimana pada masa tersebut anak-anak mulai membentuk identitas dirinya.
Sering terjadinya tawuran, bisa disebabkan karena dalam sekolahnya tidak mendapatkan penghargaan walaupun puntar, maka agar bisa menjadi perhatian semua orang jika anak-anak mendapatkan hal-hal yang selalu negative perlakuan selama berada di lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya, maka tidak menutup kemungkinan akan selalu berulah yang negative semacam tawuran atau ulah negative lainnya. Dapat juga bila akal pikirannya sudah tidak bisa memahami apa yang sedang dipelajarinya, ibaratnya waktu itu sudah mentok otaknya dalam menerima pengetahuan atau sedang dilanda masalah keluarganya, maka si anak pasti mencari perhatian dengan cara menunjukkan superioritasnya di tempat lainnya yaitu salah satunya yang negative adalah tawuran.
Disinilah peran orang tua dan pendidik harus jeli melihat potensi anak dalam perkembangan menuju kedewasaannya, tidak saling menyalahkan, kalau guru berdalih bahwa sekolah hanya melihat, mendidik anak hanya dalam waktu kurang dari 8 jam sehari dan selebihnya tanggung jawab orang tua, atau sebaliknya, maka hal ini tidak akan menyelesaikan masalah.
Bila di Negara kita ada 30 juta keluarga saja dan 50 % nya menerapkan pendidikan yang benar kepada anaknya, maka 10 tahun kemudian akan ada bibit generasi sebanyak 15 juta anak yang sudah dewasa memberikan pendidikan kepada anak-anaknya dengan benar, maka Negara kita tidak akan kekurangan anak bangsa yang berbudi luhur.
Salam “Cerdas Hati dengan RSQ”
0 komentar:
Posting Komentar