Istilah dibuli sudah menjadi istilah yang popular yaitu dihina, diejek, di olok-olok ataupun apa itu yang semuanya bernada negative dan jelek-jelek semua, yang bia kita mendapatkan pembulian bermacam-macam reaksi dari setiap pembulian tersebut, bisa marah, jengkel, dendam dan segala macam sebagai reaksi dari pembulian tersebut.
Menyikapi pembulian yang terjadi pada diri kita sering dilakukan dengan tanggapan yang emosional karena memang kita sering mengedepankan emosional bila sejak kecil kita selalu memanjakan emosi dalam menyikapi kehidupan ini, itulah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia saat ini tidak lepas dari pendidikan, mulai kecil sampai dewasa manusia tidak lepas dari pendidikan yaitu mengasah otak dan pikirannya, yang menyebabkan semua hal selalu dikaitkan dengan logika serba masuk akal pikiran manusia, sehingga bila sesuatu hal tidak masuk diakal dan logikanya, maka tidak akan dipercaya sebagai sesuatu yang benar.
Yang lebih parah lagi, demikian kuatnya pengaruh akal pikiran ini sesuatu yang merupakan keyakinan tidak jarang dianalisa dengan akal pikiran dan logikanya, sehingga sering yang sudah dianggap masuk logika ternyata tidak sesuai dengan kebenaran yang hakiki, maka yang terjadi adalah pertentangan dalam diri manusia sendiri, bila terjadi sangat berat dapat menyebabkan tekanan jiwa atau stress berat.
Keyakinan harusnya dilandasi dengan kekuatan iman bukan akal pikiran, dari sejak kecil kita sudah diberi pengertian yang sangat baik dari orang tua bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan, tetapi karena pengaruh akal pikiran sendiri yang sudah ditempa sejak di bangku sekolah, maka banyak hal yang direkayasa oleh akal pikiran sendiri dalam mendapatkan kebenaran dalam kehidupan, itulah kekuatan akal pikiran yang mempengaruhi manusia saat ini.
Pengaruh akal pikiran manusia yang sudah melekat sangat kuat menyebabkan segala sesuatu selalu harus melalui akal pikirannya dahulu, disaring-saring, dipertimbangkan untung rugi dahulu, baru ditelan oleh perasaan dan hatinya, sehingga sering terjadi kondisi yang tidak sesuai dengan harapannya, maka yang terjadi bila kita mengalami sering dibuli oleh orang lain, maka diterima oleh akal pikiran pertama kalinya, sehingga pembulian akan disaring-saringnya, dipertimbangkan dahulu, bila sifat ego sudah mulai ikut campur, maka kepentingan diri sendiri yang akan diutamakan, sehingga pada ujungnya egoisme muncul dan tentunya pembulian akan dibalas dengan pembulian lagi, demikian seterusnya yang sering terjadi dalam kehidupan kita, emosi dibalas dengan emosi, sesuatu yang negative dibalas dengan yang negative, apa akibat dari kondisi ini?
Itulah bila kita selalu mengedepankan akal pikiran dalam setiap segi kehidupan. Coba sekarang kita sedikit merubah pola kehidupan menjadi lebih positif, maka kehidupan kita akan ebih berwarna baik, yang akhirnya kedamaian dalam hidup akan selalu bersama kita.
Salah satu contoh yang paling serng menerpa kita dalam kehidupan adalah pembulian, diomongin yang negative dan lain sebagainya yang selalu bernada negative, waaupun itu memang kita kerjakan ataupun tidak kita lakukan, bagaimana menyikapinya dengan baik?
Mari kita merenung sejenak…..
Segala sesuatu yang ada ini merupakan ciptaan Tuhan, dan semua ciptaanNYA tidak ada yang sia-sia, selalu mengandung manfaat dan hikmah yang sangat baik untuk kita, tentunya dengan hal ini saja seharusnya sudah bisa menyikapi bagaimana bila kita mengalami pembulian.
Hanya dengan memahami firman Tuhan bahwa segala sesuatu adalah ciptaanNYA maka seharusnya kita bisa :
1. Mulai merubah pola pikir kita, istilah kerennya “mind set” bahwa semuanya serba Tuhan, yakin
dan bergantung hanya kepada Tuhan, bukan tergantung pada pendapat akal pikiran saja.
2. Merubah pikiran kita bahwa pembuli dan yang dibuli sama-sama ciptaan Tuhan
3. Dan bila memang pembuli dan dibuli itu penting dimana pentingnya? Dalam hal ini sepertinya
pembuli mempunyai posisi yang lebih enak daripada dibuli. Sama-sama penting karena Tuhan
punya maksud seperti kalimat tidak ada yang sia-sia dalam ciptaanNYA.
Nah…. Pada poin 3 inilah perlu dipahamii bahwa “penting” disini mempunyai makna yang tidak sama di kedua belah pihak, bila kejadian pembulian sudah terjadi namanya memang dudah takdir, maka makna sebagai pembuli yang dianggap penting adalah karena dia dikehendaki oleh Tuhan untuk membuli dan kenyataannya memang sudah terjadi pembulian.
Sedangkan sebagai korban pembulian harusnya memaknai yang lebih jauh di pola pikirnya, bahwa bila kita ingat Tuhan saat terjadi pembulian, tentunya kita akan berpikir; apa maksud Tuhan memberikan orang untuk membuli aku? Jangan langsug ditanggapi dengan balas membuli, maka bila terjadi demikian, maka kita tidak ada bedanya dengan pembuli itu.
Bila kita berpikir bahwa Tuhan menciptakan kita tidak kesia-siaan, selalu penting dalam kehidupan ini, maka seharusnya bisa berpikir lebih jauh lagi….. oh…. Mungkin Tuhan mengirm orang untuk membuli dengan maksud agar kita bisa lebih dewasa, lebih arif, jadi kalimat introspeksilah yang muncul dalam pikiran kita, maka dalam perjalanan hidup kedepannya pasti akan membuat kita lebih baik dari hai kemarin.
Itulah sekelumit omng kosong yang mungkin bisa menginspirasi teman-teman yang sedang dalam proses pemulian untuk bisa berpikir lebih jernih dalam menyikapi kehidupan yang semakin rumit ini. Dan bila masih ingin mengetahhui lebih banyak hal, silahkan bergabung dalam komunitas RSQ di facebook Cerdas hati dengan RSQ atau bisa berlatih sekalian untuk mendalami energi alam semesta RSQ, maka segera hubungi kami di www.hikmahnurani.com
Salam Cerdas Hati dengan RSQ
0 komentar:
Posting Komentar