Manusia saat ini memang tidak mudah begitu saja untuk bersyukur kepada sang Pencipta tentang kondisi yang telah dialami selama dia hidup, entah itu senang, sedih, bahagia atau apapun kondisinya, karena memang hal itu sudah tertanam sangat dalam dan terus menerus dalam bawah sadar manusia, sehingga tanpa disadarinya membuat karakter yang tidak mudah untuk bersyukur secara tulus.
Fenomena alam bawah sadar manusia yang selama ini diabaikan sebenarnya sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, karena kekuatan bawah sadar sangat dominan dalam segala kehidupan manusia karena memang kekuatannya hampir 9 kali lipat dari kekuatan sadar manusia selama ini.
Sesuatu informasi yang diterima oleh manusia dan bawah sadarnya sedang terbuka serta secara terus menerus, akan membuat manusia melakukan apa yang diterima sebatas pengetahuan dia terhadap kehidupannya, menjadi perilaku atau karakternya.
Pernahkah anda ingat tentang kondisi sewaktu kita kecil dimana kita sedang senang bermain-main, misalnya sedang senang belajar naik sepeda, maka apapun kondisi dan situasinya sebagai anak kecil tidak peduli yang penting segera bisa menaiki sepeda karena sebagai anak akan merasa sangat bangga sekali bisa naik sepeda.
Pada situasi dan kondisi yang mulai gelap, biasanya orang tua memperingatkan secara baik-baik sebagaii rasa sayang orang tua kepada anaknya;
Nak…… kalau belajar sepeda jangan sampai malam ya….,
Gelap….. dan tidak nampak jalannya ……
Nanti kamu jatuh lho……!!!!
Karena sebagai anak kecil sepertinya semangat belajar jauh lebih tinggi dari sekedar nasehat orang tua, dan sebagai orang tua yang menyayangi anaknya terus menerus tanpa rasa bosan selalu menasehati anaknya dengan kata-kata yang sama setiap ada kesempatan.
Pada saat tertentu karena semangat untuk belajar terlalu tinggi dan rasa capek yang tidak dihiraukan, kemudian jatuh dan tentunya sebagai anak sebagai senjata agar tidak dimarahi menangislah, yang lebih celaka lagi orang tua atau orang di sekeliling kita mengatakan;
“syukurin……. kamu jatuh…….!!!!”
Sudah dikasih tahu bahwa belajar itu jangan sampai malam…… kalau jatuh begini bagaimana……!!!
Syukurin aja……..!!!!!
Kondisi masih anak-anak alam bawah sadar masih terbuka, apalagi dengan kondisi lagi susah, senang atau kondisi lainnya yang menyebabkan alambawah sadar sangat terbuka, maka kata “syukur” sudah direkam sedemikian rupa oleh alam bawah sadar dan selama hidup akan termemori dengan kata “syukur” sama dengan “kesialan”. Dalam perjalanan hidup tanpa disadarinya bila kita menyatakan “syukur” selalu diterjemahkan dengan “sial”, apa yang terjadi ?
Sulit atau tidak bisa untuk menolak bahwa “sial” sama dengan “syukur”, maka yang terjadi saat ini adalah “syukur” yang diucapkan hanya sebatas mulut saja tidak sampai ke dalam hati yang paling dalam akhirnya makna syukur tidak banyak berpengaruh kepada kehidupan diri kita.
Sebaiknya latihlah untuk selalu bersyukur dalam kondisi apapun kehidupan yang kita terima sambil berserah diri kepada Tuhan sang Pencipta alam semesta beserta seisinya dengan memperdalam pengetahuan, agama, pengetahuan kehidupan atau belajar darimana saja yang memang dianggap bisa merubah “rasa syukur” sampai kepada hati yang paling dalam, sampai bergetar hati yang penuh dengan “rasa syukur”.
Semakin sering kita belajar merubah paradikma “syukur” maka yang terjadi alam bawah sadar secara perlahan dan pasti akan mulai tergeser paradikma yang salah selama ini, semoga…..
Fenomena alam bawah sadar manusia yang selama ini diabaikan sebenarnya sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, karena kekuatan bawah sadar sangat dominan dalam segala kehidupan manusia karena memang kekuatannya hampir 9 kali lipat dari kekuatan sadar manusia selama ini.
Sesuatu informasi yang diterima oleh manusia dan bawah sadarnya sedang terbuka serta secara terus menerus, akan membuat manusia melakukan apa yang diterima sebatas pengetahuan dia terhadap kehidupannya, menjadi perilaku atau karakternya.
Pernahkah anda ingat tentang kondisi sewaktu kita kecil dimana kita sedang senang bermain-main, misalnya sedang senang belajar naik sepeda, maka apapun kondisi dan situasinya sebagai anak kecil tidak peduli yang penting segera bisa menaiki sepeda karena sebagai anak akan merasa sangat bangga sekali bisa naik sepeda.
Pada situasi dan kondisi yang mulai gelap, biasanya orang tua memperingatkan secara baik-baik sebagaii rasa sayang orang tua kepada anaknya;
Nak…… kalau belajar sepeda jangan sampai malam ya….,
Gelap….. dan tidak nampak jalannya ……
Nanti kamu jatuh lho……!!!!
Karena sebagai anak kecil sepertinya semangat belajar jauh lebih tinggi dari sekedar nasehat orang tua, dan sebagai orang tua yang menyayangi anaknya terus menerus tanpa rasa bosan selalu menasehati anaknya dengan kata-kata yang sama setiap ada kesempatan.
Pada saat tertentu karena semangat untuk belajar terlalu tinggi dan rasa capek yang tidak dihiraukan, kemudian jatuh dan tentunya sebagai anak sebagai senjata agar tidak dimarahi menangislah, yang lebih celaka lagi orang tua atau orang di sekeliling kita mengatakan;
“syukurin……. kamu jatuh…….!!!!”
Sudah dikasih tahu bahwa belajar itu jangan sampai malam…… kalau jatuh begini bagaimana……!!!
Syukurin aja……..!!!!!
Kondisi masih anak-anak alam bawah sadar masih terbuka, apalagi dengan kondisi lagi susah, senang atau kondisi lainnya yang menyebabkan alambawah sadar sangat terbuka, maka kata “syukur” sudah direkam sedemikian rupa oleh alam bawah sadar dan selama hidup akan termemori dengan kata “syukur” sama dengan “kesialan”. Dalam perjalanan hidup tanpa disadarinya bila kita menyatakan “syukur” selalu diterjemahkan dengan “sial”, apa yang terjadi ?
Sulit atau tidak bisa untuk menolak bahwa “sial” sama dengan “syukur”, maka yang terjadi saat ini adalah “syukur” yang diucapkan hanya sebatas mulut saja tidak sampai ke dalam hati yang paling dalam akhirnya makna syukur tidak banyak berpengaruh kepada kehidupan diri kita.
Sebaiknya latihlah untuk selalu bersyukur dalam kondisi apapun kehidupan yang kita terima sambil berserah diri kepada Tuhan sang Pencipta alam semesta beserta seisinya dengan memperdalam pengetahuan, agama, pengetahuan kehidupan atau belajar darimana saja yang memang dianggap bisa merubah “rasa syukur” sampai kepada hati yang paling dalam, sampai bergetar hati yang penuh dengan “rasa syukur”.
Semakin sering kita belajar merubah paradikma “syukur” maka yang terjadi alam bawah sadar secara perlahan dan pasti akan mulai tergeser paradikma yang salah selama ini, semoga…..
0 komentar:
Posting Komentar